Minggu, 05 Juni 2011

Kristen dan Ajaran-Ajarannya

Demikian, banyak yang berpendapat bahwa Injil-Injil yang sekarang ini dianut oleh Kristen kebanyakan adalah palsu. Pernyataan-pernyataan Yesus didalamnya sebenarnya merupakan karangan dari para sastrawan Yunani dan Romawi sendiri.
               Sejarah yang tidak baik dari Tritunggal ini cocok dengan apa yang Yesus dan rasul-rasulnya nubuatkan akan terjadi setelah zaman mereka. Mereka mengatakan bahwa akan ada kemurtadan, penyelewengan, penyimpangan dari ibadat sejati sampai kembalinya Kristus, yaitu saat ibadat sejati akan dipulihkan sebelum hari manakala Allah membinasakan sistem perkara-perkara ini tiba.

               Mengenai “Hari” itu, rasul Paulus mengatakan, “Sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka.”  (2 Tesalonika 2: 3, 7). Belakangan, ia menobatkan, “Sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.” (Kisah 20:29, 30).  Murid-murid Yesus yang lain juga menulis mengenai kemurtadan ini dengan golongan pendetanya yang “durhaka.” Lihat, misalnya, 2 Petrus 2: 1; 1 Yohanes 4:1-3; Yudas 3, 4.
               Paulus juga menulis, “Akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” 2 Timotius 4:3, 4. Penyimpangan dan penyelewengan yang dilakukan mungkin terilhami oleh Prinsip Matius 10: 16, “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperi merpati.” Prinsip inilah yang juga menjadi landasan Paus Yohanes Paulus XXIII untuk melakukan kristenisasi dengan pola melembut setelah adanya ketetapan dari Konsili Vatikan II di Vatikan Roma Italia tahun 1962-1965.

               Yesus sendiri menjelaskan siapa yang ada di balik kemurtadan dari ibadat sejati. Ia mengatakan bahwa ia telah menabur benih yang baik tetapi musuhnya, Setan, akan menabur ilalang di ladang. Maka ketika muncul tunas pertama dari gandum, muncul juga ilalang. Jadi, penyimpangan dari Kekristenan sejati harus diharapkan terjadi sampai tiba musim menuai, pada waktu Kristus akan membereskan perkara-perkara. (Matius 13:24-43) 
 
 
               Coba perhatikan ayat-ayat berikut:
 Matius 7: ayat 22 – 23
               Pada hari terakhir banyak orang yang berseru kepada-Ku; Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga?
               Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!
               Ayat diatas sangat jelas menggambarkan keadaan Orang Nasrani di akhir zaman, dimana Yesus yang mereka puja sebagai Tuhan malah mengusir mereka, bahkan lebih keras lagi Yesus menyebut mereka sebagai pembuat kejahatan. Karena Yesus tidak pernah mengajarkan dirinya adalah Tuhan, maka di akhir zaman orang yang menyebut dirinya Tuhan, bahkan mengaku melakukan berbagai aktivitas atas nama Yesus, semuanya akan ditolak dan diusir.
               Perhatikan ayat-ayat berikut ini:
Kisah para rasul  11: 25 – 26
Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia.
Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.
Dari ayat-ayat tersebut jelas bahwa bukan Yesus, tetapi Paulus dan Barnabas yang menamakan Kristen. Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Paulus dan Barnabas mengajar di Antiokhia, dan untuk pertama kalinya murid-murid mereka dinamakan Kristen. Kalau dikatakan untuk pertama kalinya, maka berarti sebelumnya belum pernah ada istilah Kristen. Apalagi Paulus belum pernah bertemu Yesus, dan dia diangkat menjadi Rasul setelah Yesus mati, ini berarti selama Yesus hidup belum ada istilah Kristen.
Coba perhatikan kembali ayat-ayat tersebut dengan cermat dan seksama:
Kisah para rasul 11: 25-26
Ayat 25
               Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antikhia.
Ayat 26
               Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antikhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.
               Demikian ayat-ayat tersebut jelas menerangkan bahwa yang menamanakan Kristen itu bukan Yesus tetapi Paulus dan Barnabas. Jadi dapat dikatakan, kristen itu bukan pengikut Yesus, karena pada ayat-ayat diatas dijelaskan bahwa Paulus dan Barnabas mengajar di Antikhia, dan untuk pertama kalinya murid-murid mereka dinamankan Kristen. Apalagi Paulus belum pernah bertemu dengan Yesus, dan menurut cerita dia diangkat menjadi Rasul setelah Yesus mati. Jadi kesimpulannya adalah selama Yesus hidup belum ada istilah Kristen.
               Selanjutnya dapat dikatakan bahwa Kristen bukan pengikut Yesus tetapi Paulus, buktinya adalah bagaimana kehidupan beribadah Umat Kristiani, yang lebih mematuhi perintah Paulus sang pendiri Kristen daripada perintah dari Nabi Yesus (Nabi Isa As).
Dari Paulus penyimpangan-penyimpangan ajaran Nabi Isa As itu semakin dikembangkan oleh gereja-gereja.  Sebagai contoh bisa dirunut pada fakta sejarah bahwa Orang Kristen terdahulu juga masih menggunakan rumah-rumah ibadat, tetapi kemudian Kristen menyelewengkan dari ajaran Yesus yang asli, dan kemudian mulailah membangun gereja-gereja seperti yang kita lihat seperti sekarang ini. Bahkan ternyata bila dilakukan penyelidikan terhadap sejarah ditemukan fakta perayaan Natal yang dirayakan Umat Nasrani secara besar-besaran dan meriah diseluruh dunia itu tidak ada dasarnya. Belum lagi revisi yang dilakukan berkali-kali terhadap Alkitab dalam kurun waktu yang berbeda. Hal ini seharusnya menjadi pertanyaan besar karena bagaimana mungkin kitab suci dari Tuhan direvisi oleh manusia. Jadi apakah masih layak kitab tersebut menjadi pegangan dalam hidup?
Kenyataan bahwa Alkitab dipenuhi dengan ayat-ayat yang bertentangan dapat dilacak dari fakta sejarah dikarenakan revisi berkali-kali terhadap Alkitab. Hal inilah yang seharusnya dapat menjadi penjelasan yang rasional mengapa banyak pertentangan dalam Alkitab, bukankah yang dinamakan kitab suci adalah kitab yang bersal dari Tuhan yang seharusnya tidak perlu direvisi oleh manusia yang kodratnya sebagai pelaksana dari apa yang tertulis dalam kitab suci yang merupakan petunjuk dalam kehidupan?

REFERENSI
Taken from “Dialog Islam Kristen Upaya Menelusuri Kebenaran Hakiki”
by Hasan A Baagil
Copyright 2005 Lintas Pustaka Publisher From Jakarta
Taken From “Injilku Yang Ternoda”
Cetakan ke-7
By Yusuf Ismail al Hadid (Muallaf)
Maret 2008
Pustaka Fahima From Yogyakarta
“Menghalau Missionaris Dan Misi Sucinya Mengkristenkan Dunia”
Cetakan Ke-5
By Yusuf Ismail al Hadid (Muallaf)
April 2008
Pustaka Fahima From Yogyakarta
A Gift From My Student Oceana  
Assalam Boarding School Surakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar